2. WHY PEAOPLE EAT
A. PHYSIOLOGICAL AND SOCIAL COMPONENT OF HUNGER
Salah satu penyebab rasa lapar adalah respon insulin yang terjadi setelah manusia mulai makan. Insulin dan glukagon merupakan hormon yang disekresikan oleh pankreas untuk mengontrol kadar lemak, protein, dan karbohidran di seluruh tubuh, termasuk glukosa (gula darah).
Insulin mengurangi kadar glukosa dalam aliran darah, sedangkan glukagon meningkatkan kadar glukosa. Insulin biasanya dilepaskan dalam jumlah yang lebih banyak setelah makan dimulai sehingga menyebabkan rasa lebih lapar karena terjadi penurunan kadar gula darah. Karbohindat menyebabkan tingkat insulin meningkat drastis daripada makanan lain karena banyak glukosa yang dihasilkan dari karbohidrat.
Dalam beberapa tahun terakhir, hormon yang disebut leptin telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang dapat mengendalikan nafsu makan. Saat dilepaskan ke aliran darah, leptin memberi sinyal ke hipotalamus bahwa tubuh telah memiliki cukup makanan sehingga akan mengurangi nafsu makan dan meningkatkan perasaan kenyang, atau kenyang.
Ada bagian hipotalamus yang dikendalikan oleh kadar glukosa dan insulin dalam tubuh sehingga dapat mengontrol perilaku makan.
Hipotalamus ventromedial (VMH) terkait dalam menghentikan respon makan ketika kadar glukosa naik. Dalam sebuah penelitian, tikus yang area VMH-nya terletak di bagian bawah dan tengah hipotalamus itu rusak, akan makan secara terus menerus hingga kelebihan berat badan.
Bagian lain dari hipotalamus terletak di samping yang disebut hipotalamus lateral (LH). Kerusakan pada area ini menyebabkan tikus berhenti makan hingga kelaparan.
- Weight Set Point and Basal Metabolic Rate
Beberapa peneliti percaya bahwa hipotalamus berperan dalam mempengaruhi tingkat berat badan yang dicoba dipertahankan oleh tubuh yang disebut dengan weight set point. Cedera pada hipotalamus akan menaikkan atau menurunkan weight set point secara drastis sehingga menyebabkan penurunan atau penambahan berat badan secara drastis.
Metabolisme, kecepatan tubuh membakar energi yang tersedia, dan olahraga juga berperan dalam weight set point. Secara genetis, orang yang memiliki metabolisme yang lebih cepat dan orang-orang itu dapat makan makanan dalam jumlah besar tanpa menambah berat badan.. Sedangkan, orang yang memiliki metabolisme yang lebih lambat dan makan makanan dalam jumlah normal atau bahkan kurang dari normal masih menambah berat badan atau mengalami kesulitan menurunkannya.
Tingkat metabolisme basal merupakan tingkat di mana tubuh seseorang membakar energi ketika seseorang beristirahat. BMR menurun lebih drastis seiring bertambahnya usia orang tersebut. Remaja biasanya memiliki BMR dan tingkat aktivitas yang sangat tinggi sehingga titik setel berat badan lebih rendah, yang berarti mereka dapat makan jauh lebih banyak daripada orang dewasa dengan ukuran yang sama dan tidak menambah berat badan. Hal ini dikarenakan jika BMR seseorang menurun, maka weight set point mereka akan meningkat.
- Social Components of Hungry
Ada berbagai macam isyarat sosial yang menyuruh orang untuk makan, seperti kebiasaan makan sarapan, makan siang, dan makan malam pada waktu-waktu tertentu. Sebagian besar dari hal-hal itu adalah hasil dari pengkondisian klasik.
Faktor budaya dan jenis kelamin juga berperan dalam menentukan rasa lapar dan kebiasaan makannya. Dalam sebuah penelitian, kuesioner tentang kebiasaan makan diberikan kepada pria dan wanita dari Amerika Serikat dan Jepang. Meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal inisiasi makan untuk pria di kedua budaya, wanita di Amerika Serikat ditemukan lebih mungkin untuk mulai makan karena alasan emosional, seperti depresi. Wanita Jepang lebih cenderung makan karena sinyal lapar atau tuntutan sosial.
B. OBESITAS
Ada beberapa faktor penyebab obesitas, salah satunya adalah faktor keturunan. Ada beberapa set gen, beberapa di kromosom yang berbeda yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi gemuk. Jika ada riwayat obesitas pada keluarga tertentu, maka setiap anggota keluarga memiliki risiko menjadi obesitas yaitu dua atau tiga kali lipat risiko orang yang tidak memiliki riwayat keluarga obesitas.
Hormon juga berperan, terutama leptin, yang berperan penting dalam mengendalikan nafsu makan. Masalah dengan produksi leptin dapat menyebabkan makan berlebihan.
Faktor obesitas lainnya adalah makan berlebihan. Ketika negara-negara berkembang membangun ekonomi yang lebih kuat dan pasokan makanan mereka menjadi stabil, keluarga dalam negara tersebut akan menghasilkan tingkat obesitas yang tinggi.
Stres juga berkontribusi terhadap obesitas. Salah satu studi menemukan bahwa anak perempuan personel militer berisiko lebih tinggi mengalami gangguan makan, termasuk obesitas, risiko yang mungkin terkait dengan tingkat depresi yang lebih tinggi.
3. EMOSI
Emosi merupakan aspek "perasaan" dari kesadaran, yang dicirikan oleh gairah fisik tertentu yang menyebabkan terbentuknya perilaku tertentu yang mengungkapkan emosi ke dunia luar.
A. FISIOLOGI EMOSI
Ketika seseorang mengalami emosi, rangsangan diciptakan oleh sistem saraf simpatik, seperti detak jantung meningkat, pupil membersar, dan mulut menjadi kering ketika kita sedang ketakutan.
Ekspresi wajah ketika merespons emosional berbeda-beda, namun emosi sulit dibedakan satu sama lain jika hanya berdasarkan reaksi fisiologis. Namun, para peneliti telah menemukan bahwa meosi yang berbeda dapat dikaitkan dengan reaksi fisiologis yang berbeda.
Emosi kesedihan, kemarahan, dan ektakutan dikaitkan dengan peningkatan detak jantung yang lebih besar daripada biasanya. Respon terhadap emosi menjijikkan yaitu peningkatan konduktasi kulit yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebahagiaan. Respon terhadap kemarahan dikaitkan dengan tindakan vaskular, seperti tekanan darah distolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasa takut.
Tes poligraf yang dirancang pada tahun 1900-an digunakan sebagai tes pendeteksi kebohongan. Namun, tes tersebut tidak valid. Hal ini dikarenakan tidak ada reaksi fisiologis yang spesifik dan unik terkait dengan berbohong dengan mengatakan yang sebenarnya. Ada peningkatan yang ditambahkan pada tes poligraf asli seperti penggunaan pertanyaan tentang pengetahuan yang hanya diketahui oleh polisi, korban, dan tersangka.
Amigdala, area kecil yang terletak di dalam sistem limbik di setiap sisi otak, diasosiasikan dengan emosi seperti ketakutan dan kesenangan pada manusia dan hewan. Jika amigdala rusak, maka manusia sulit untuk merasakan sebuah emosi dan adanya gangguan untuk menentukan emosi dengan melihat ekspresi wajah orang lain.
Selain amigdala, area subkortikal dan kortikal otak lainnya terlibat dalam pemrosesan informasi emosional. Penelitian menunjukkan bahwa emosi dapat bekerja secara berbeda tergantung pada sisi otak mana yang terlibat. Salah satu area penyelidikan adalah lobus frontal. Para peneliti telah menemukan bahwa emosi positif berhubungan dengan lobus frontal kiri otak, sedangkan perasaan negatif seperti kesedihan, kecemasan, dan depresi tampaknya merupakan fungsi dari lobus frontal kanan.
Para peneliti telah menemukan bahwa ketika seseorang diminta untuk mengidentifikasi emosi di wajah orang lain, belahan otak bagian kanan lebih aktif daripada di kiri, terutama pada wanita. Anak-anak kurang mampu mengidentifikasi emosi negatif serta emosi positif bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Beberapa strategi umum untuk mengatur emosi seseorang meliputi gangguan, penilaian ulang, dan pengendalian pengaruh emosi dalam pengambilan keputusan memanfaatkan korteks prefrontal lateral dan korteks cingulate anterior, dan amigdala.
B. THE BEHAVIOR OF EMOTION: EMOTIONAL EXPRESSION
Charles Darwin adalah salah satu orang pertama yang berteori bahwa emosi adalah produk evolusi dan, semua manusia memiliki ekspresi emosi yang sama, apa pun budayanya, karena otot wajah berevolusi untuk mengkomunikasikan informasi spesifik.
Meskipun gagasan Darwin tidak sejalan dengan gerakan behavioris pada awal dan pertengahan abad ke-20, yang mengatakan lingkungan sebagai penyebab perilaku, peneliti lain telah menemukan bukti yang memberikan lebih banyak dukungan kepada perspektif evolusi dalam psikologi.
Anak-anak yang buta sejak lahir dapat menghasilkan ekspresi wajah yang sesuai untuk setiap situasi tertentu tanpa pernah menyaksikan ekspresi tersebut pada orang lain. Hal ini sangat mendukung gagasan bahwa ekspresi emosional memiliki dasar dalam biologis.
Dalam penelitiannya, Ekman dan Friesen menemukan bahwa orang dari berbagai budaya dapat mengenali tujuh ekspresi wajah, yaitu marah, takut, jijik, bahagia, terkejut, kesedihan, dan penghinaan. Meskipun emosi dan ekspresi wajah terkait tampaknya bersifat universal, kapan tepatnya, di mana, dan bagaimana emosi diekspresikan dapat ditentukan oleh budaya.
Aturan tampilan yang dapat bervariasi dari budaya ke budaya ada adalah cara yang dipelajari untuk mengendalikan tampilan emosi dalam peraturan sosial.
Misalnya, orang Jepang memiliki aturan sosial yang ketat tentang menunjukkan emosi dalam situasi publik, mereka sama sekali tidak menunjukkan emosi, tetap tenang, tenang, dan terkendali, setidaknya di luar. Namun jika dalam situasi yang lebih privat, sebagai orang tua yang memarahi anak di dalam rumah, ekspresi wajah orang dewasa akan dengan mudah dikenali sebagai “marah” oleh orang-orang dari budaya manapun.
Emosi bersifat universal dan cara diekspresikan pada wajah bersifat universal, tetapi apakah itu diekspresikan atau ditampilkan tergantung pada aturan budaya yang dipelajari untuk menampilkan emosi.
Aturan tampilan berbeda antara budaya yang individualistis, yaitu menempatkan pentingnya individu di atas kelompok sosial dan yang kolektivistik, yaitu menempatkan pentingnya kelompok sosial di atas individu. Budaya Amerika Serikat bersifat individualistis, sedangkan budaya Jepang bersifat kolektivistik.
Aturan tampilan juga berbeda untuk pria dan wanita. Peneliti melihat aturan tampilan laki-laki dan perempuan menemukan bahwa anak laki-laki tidak suka berbicara tentang perasaan dalam lingkungan sosial, sedangkan anak perempuan mudah untuk melakukannya.
Menangis juga merupakan perilaku emosional. Manusia menangis karena berbagai alasan seperti sedih, berduka, marah, atau bahkan bahagia. Meskipun sebagian besar dari kita tidak suka menangis, banyak orang berpikir bahwa tangisan dapat membuat mereka merasa lebih baik.
D. SUBJECTIVE EXPERIENCE: LABELING EMOTION
Elemen emosi yang selanjutnya adalah menafsirkan perasaan subjektif, seperti marah, takut, bahagia, malu, etc. dengan cara memberikan label. Proses pelabelan adalah dengan cara mengingat kembali pengalaman serupa sebelumnya, memahami konteks emosi, dan menghasilkan sebuah label.
Label yang diterapkan seseorang pada perasaan subjektif merupakan respons yang dipelajari yang dipengaruhi oleh bahasa dan budaya mereka. Label berbeda pada orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda.
E. EARLY THEORIES OF EMOTION
Emosi dihasilkan dari rangsangan yang menghasilkan reaksi fisik kemudian ke perilaku yang disebut dengan the common sense theory of emotion. Misalnya, melihat seekor anjing yang menggeram di jalan seseorang menyebabkan rasa takut, yang merangsang tubuh untuk terangsang, diikuti dengan tindakan perilaku berlari yang disebabkan orang terangsang karena mereka takut.

William James tidak setuju dengan teori akal sehat. Ia percaya bahwa urutan komponen sangat berbeda. Pada waktu yang bersamaan, Carl Lange memberikan penjelasan tentang emosi yang mirip dnegan James sehingga disebut teori emosi James-Lange, yaitu reaksi fisiologis mengarah ke pelabelan emosi.
Dalam teori ini, jika ada sebuah rangsangan, seperti anjing menggonggong akan menghasilkan reaksi fisiologis. Reaksi ini akan membangkitkan sistem saraf simaptis fight or flight yang selanjutnya menghasilkan sensasi tubuh seperti peningkatan detak jantung, mulut kerting, dan napas cepat.
James dan Lange percaya bahwa gairah fisik menyebabkan pelabelan emosi, yaitu ketakutan. Contohnya "aku takut karena ada rangsangan", "aku malu karena wajahku merah", "aku jatuh cinta karena detak jantung meningkat saat melihat seseorang".
Teori ini mengatakan bahwa emosi dan gairah fisiologis terjadi pada waktu yang hampir bersamaan. Cannon, seorang ahli dalam mekanisme gairah simpatik, tidak berpendapat bahwa perubahan fisik yang disebabkan oleh berbagai emosi itu berbeda untuk dianggap sebagai emosi yang berbeda. Bard memperluas gagasan ini dengan menyatakan bahwa informasi sensorik yang masuk ke otak dikirim secara bersamaan oleh thalamus ke korteks dan organ sistem saraf simpatis. Oleh karena itu, rasa takut dan reaksi-reaksi tubuh dialami pada saat yang sama, tidak satu per satu, seperti aku takut dan berlari dan terangsang.
Teori ini juga mendapatkan kritik. Lashley menyatakan bahwa talamus harus bisa untuk memahami semua emosi manusia dan menyampaikannya ke area korteks dan tubuh yang tepat dan harus ada area lain di otak harus dilibatkan dalam memproses reaksi emosional.
- The Facial Feedback Hypothesis: Smile, You'll Feel Better
Psikolog berpendapat bahwa teori emosi yang konsisten dengan sebagian besar pemikiran asli Darwin. disebut hipotesis umpan balik wajah. Penjelasan ini mengasumsikan bahwa ekspresi wajah memberikan umpan balik ke otak mengenai emosi yang diekspresikan yang tidak hanya mengekspresikan emosi, tetapi juga sebenarnya menyebabkan emosi tersebut.
Contoh aplikatif dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita sedang ketakutan dalam suatu situasi, namun ada teman kita yang tersenyum hingga tertawa, maka emosi ketakutan menjadi berkurang dan timbulnya emosi sedikit senang.
Schachter dan Singer mengatakankan bahwa dua hal harus terjadi sebelum emosi terjadi, yaitu gairah fisik dan pelabelan gairah berdasarkan isyarat dari lingkungan sekitar.
Misalnya, jika seseorang bertemu dengan anjing yang menggeram saat berjalan-jalan, gairah fisik, seperti jantung berdebar kencang dan mata terbuka lebar disertai dengan pemikiran (kognisi) bahwa ini pasti ketakutan. Baru pada saat itulah orang tersebut akan mengalami emosi ketakutan.
- Lazarus and The Cognitive-Mediational Theory of Emotion
Dalam teori ini mengatakan bahwa stimulus harus diinterpretasikan atau dinilai untuk menghasilkan respon fisik dan reaksi emosional. Dalam teori emosi mediasi-kognitif Lazarus, stimulus menyebabkan penilaian langsung misalnya, "Anjing itu menggeram dan tidak berada di belakang pagar, jadi ini berbahaya". Penilaian kognitif menghasilkan respons emosional, yang kemudian diikuti oleh respons tubuh yang sesuai.
TUGAS DOUBLE FOLIO MENGENAI MATERI MOTIVASI DAN EMOSI
1. Dua contoh teori Lazarus di kehidupan
2. Analisa teori Maslow sesuaikan diri pada hierarki tingkatan keberapa, beri contoh motivasi sampai perilaku
3. Berikan contoh Arousal Theory yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari
Sekian dari saya mohon maaf jika gambar tugas yang dimasukkan tidak terlalu jelas karena keterbatasan kamera hp saya. Saya ucapkan Terima Kasih
Komentar
Posting Komentar